Tuesday, June 17, 2014

Cerpen [Menggapai Cahaya]

Assalamu'alaikum.. Ini postingan pertama saya, saya bikin cerpen ini karena dapet tugas B. Indonesia. Cerpen ini terinspirasi dari beberapa anime favorit saya, ada kata-kata yang saya kutip dari anime itu, saya ambil inspirasinya dari anime Sukitte Ii Na Yo dan anime 5cm per second. Cerpen ini cerpen kedua saya, tapi cerpen pertama saya sepertinya kurang layak di post. :D Langsung aja ya ini cerpennya, mohon maaf kalo kurang menarik. Tolong komentarnya setelah baca ya.
happy reading ^^

MENGGAPAI CAHAYA

Mei sedang berpetualang di alam mimpinya hingga sebuah suara menyadarkannya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya, mencoba memperjelas pandangan dan pendengarannya.
“Mei, bangunlah. Mau sampai kapan kau tidur? Sudah seminggu di Jepang tapi kau tak mau keluar rumah. Ini Osaka Mei. Bersemangatlah sedikit.”
“Ah Mama, Mei tidak mungkin bisa bersemangat, pindah ke sini bukan keinginan Mei. Mama taukan Mei benci tempat baru?” Mei menjawab seraya bangkit dari tempat tidurnya.
“Tempat baru atau tempat lama itu sama aja. Toh di Bandung pun kau tak punya teman kan?” Mei kehabisan kata-kata untuk berargumen dengan Mamanya.
Mei. Itulah nama gadis cantik berambut pendek sebahu, bermata indah, berkulit putih, dan prestasinya dalam belajar juga tidak diragukan lagi. Jika mendengar deskripsi tentangnya, orang-orang pasti akan berfikir bahwa ia adalah gadis idaman pria. Namun sayangnya tidak seperti itu. Ia tidak pernah mau berteman dengan siapapun. Ia benci berhubungan dengan orang lain. Karena ia tau teman hanya akan membuat terluka pada akhirnya. Dan karena prinsipnya itulah ia tidak memiliki teman apalagi pacar hingga usianya menginjak 16 tahun.
Mei menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Disinilah ia berpijak. Kitazawa High School. Salah satu sekolah terbaik di Osaka. Mei melangkahkan kakinya masuk melewati koridor sekolah dan mencoba mencari Ruang Guru. 10 menit berlalu, dan kini Mei sudah berada di kelas barunya.
Bel istirahat berbunyi. Mei beranjak dari tempat duduknya. Ia ingin berkeliling dan mencoba membiasakan diri dengan lingkungan yang baru. Saat menuruni tangga, tiba-tiba ia tergelincir dan tanpa sengaja menabrak seseorang dibawahnya.  Sesaat setelah mendarat, ia segera berdiri dan meminta maaf pada seseorang yang sudah menjadi tempat pendaratan Mei. Mei mengulurkan tangannya pada orang itu, bermaksud membantunya untuk berdiri. Tapi tak ada sambutan dari tangan orang itu. Orang yang ditabraknya yang ternyata seorang laki-laki itu malah bangkit sendiri dari jatuhnya. Ia terlihat meringis sambil memegangi tangan kanannya.
“Maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja. Apa kau terluka?” Mei meminta maaf sambil membungkukkan badannya.
“Apa kau bisa melihat dengan baik? Apa yang terjadi denganmu? Bisa-bisanya kau terpeleset dari tangga dan mendarat di tubuhku. Dasar—“ laki-laki itu tak jadi melanjutkan kata-katanya ketika matanya bertemu dengan mata Mei, ia tertegun. “Mata yang indah” gumamnya.
“Sekali lagi aku benar-benar minta maaf, aku memang ceroboh. Tapi tunggu, apa yang kau gumamkan tadi? Indah? Apanya yang indah?” Ucap Mei.
“Eh, oh itu, ti-tidak. Kau salah dengar. Sudahlah lupakan saja, lain kali kau harus lebih berhati-hati menuruni tangga. Kau dari kelas mana? Aku rasa ini pertama kalinya aku melihatmu. Apa kau siswa baru?” Tanya laki-laki itu. Nada bicaranya berubah ramah.
“Ah iya, aku memang siswa baru di sini. Perkenalkan, namaku Mei dari kelas 2-D” jawab Mei seraya mengulurkan tangannya.
“Namaku Ikki, dari kelas 2-A. Senang berkenalan denganmu.” Ikki membalas uluran tangan Mei dan tersenyum tipis. “Kau mau kutemani berkeliling sekolah ini?” Ikki menawarkan dirinya.
Belum sempat Mei menjawab, seseorang menghampiri Ikki dan berbisik padanya.
“Kenapa kau bersamanya? Kau tau? Dia bukan pindahan dari sekolah di Jepang. Dia dari Indonesia. Kau tau kan? Kebanyakan penduduk Indonesia memiliki kepribadian yang buruk. Lihat saja dia itu. Pandangannya terlihat kosong dan suram.”
Ikki tak menjawab, justru seutas senyum terlihat di bibirnya. Ia semakin menarik. Aku ingin lebih dekat dengannya. Aku ingin dia menjadi seorang yang periang dan disukai banyak orang.
Ikki tak menghiraukan perkataan orang tadi. Ia justru menarik Mei dan membawanya berkeliling sekolah. Di sepanjang koridor sekolah, selalu ada siswa perempuan yang menyapanya. Mereka terlihat kegirangan saat Ikki membalas sapaannya dengan senyuman manisnya. Mei yang sedari tadi berada di sampingnya merasa aneh. Sepertinya Ikki populer di sekolahnya, lalu apa yang ia lakukan? Kenapa ia bersama Mei? Mei tau dirinya tak diterima dengan baik di lingkungan barunya ini. Mei tau bahwa siswa pindahan dari luar Jepang sering dikucilkan. Karena itu ia menolak tawaran Mamanya untuk pindah ke negeri sakura ini. Negeri impian banyak orang, tapi tidak untuk Mei. Menurutnya, di negeri manapun ia berada. Lingkungan tak pernah berubah, terus berusaha membuat Mei keluar dari lingkungan itu.
Sudah beberapa minggu Mei berada di Osaka, di sekolah barunya. Awalnya ia berfikir keadaan takkan berubah. Ia akan dikucilkan lagi dari pergaulan. Namun opininya salah kali ini. Sejak hari pertama di sekolah baru, Mei selalu ditemani oleh Ikki. Ikki selalu ada di sampingnya. Mei tak mengerti mengapa Ikki selalu mengikutinya. Meskipun Ikki dan Mei berbeda kelas, tapi Ikki selalu mengunjungi Mei saat waktu istirahat. Ikki selalu menunggu Mei di depan rumahnya untuk berangkat ke sekolah bersama, Ikki selalu mengajak Mei untuk pulang bersama. Bahkan Ikki sering membawa Mei ke pusat kota. Ikki seolah memperkenalkan dunia pada Mei. Dunia yang berbeda, dunia yang tak pernah Mei ketahui dan tak pernah ada niat untuk mengetahuinya. Namun dunia itu kini seolah menerimanya dengan baik sejak Ikki bersamanya.
5 cm per detik. Kelopak bunga berwarna merah muda berjatuhan menyentuh perpijakan kota Osaka. 5 cm per detik. Bunga-bunga itu meluncur meninggalkan peradaban yang telah membuatnya ada. Bunga ini mengisi langit kota-kota di Jepang seperti salju yang berjatuhan. Sakura. Bunga indah ini memang tak salah dijadikan julukan negeri ini. Karena selalu mengisi langit-langit negeri ini setidaknya sekali dalam setahun. Mei sedang duduk di taman sekolah, menunggu Ikki untuk makan bekal mereka bersama. Entah mengapa sekarang keadaannya berubah. Bukan lagi Ikki yang terus menunggu Mei untuk janjian di suatu tempat. Kini Mei-lah yang menunggu. Mei tak menyadari sejak kapan ini terjadi. Sekitar 5 menit Mei menunggu, Ikki akhirnya datang. Mereka lalu makan bersama, kemudian sunyi. Mereka tak berbicara sepatah kata pun. Hanya perasaan dalam dada mereka yang berbicara. Mei menatap Ikki dalam, diperhatikannya laki-laki itu memasukkan sedikit demi sedikit makanannya. Setelah menghabiskan bekalnya, terlihat ia mengeluarkan sebuah pil. Pil itu sering diminumnya. Mei tak tahu pil apa itu, ia tak pernah menanyakannya. Mungkin itu hanya suplemen. Mengingat betapa proporsionalnya tubuh yang Ikki miliki, meskipun Mei merasa akhir-akhir Ikki menjadi lebih kurus. Ikki menatap Mei yang sedang memperhatikannya, ia tersenyum lalu mengelus lembut rambut Mei yang mulai panjang itu. Mei tersipu, ia menunduk menyembunyikan semburat merah di wajahnya. Mei senang dengan perlakuan Ikki yang seperti ini, perhatian, hangat dan penuh kasih sayang. Mei rasa ia telah terlalu banyak berharap pada Ikki.
1 tahun berlalu. Mei merenung di kamarnya. Ia merasa sesuatu yang berharga telah menghilang. Ikki. Mei tak tau apa yang terjadi pada orang yang telah mengubah dunianya itu. Ikki menghilang. Tak ada kabar sama sekali. Mei ingin menghubunginya namun tak bisa, Mei mencoba bertanya pada teman-teman dekat Ikki, tapi mereka pun tak tau.
Ikki, kau dimana? Apa kau baik-baik saja? Apa kau masih mengingatku?
Mei sibuk menulis sebuah surat. Surat yang akhir-akhir ini sering sekali ia buat, namun tak pernah ia kirimkan. Ia tak tau kemana harus mengirimnya. Ia tak tau kemana perginya orang yang telah merebut hatinya. Orang itu dengan sembrono merebut hati Mei lalu pergi begitu saja. Tak membalasnya, tak juga menolaknya. Mei menyesal. Menyesal sudah membuka diri dan membuka hatinya untuk Ikki. Mei menyesal, mengapa ia bisa terjebak? Bukankan ia tau jika berhubungan dengan orang lain akan membuat luka? Lalu mengapa ia berhubungan dengan Ikki? Ikki memang baik, terlalu baik padanya, terlalu sempurna untuknya. Dan inilah yang ia dapatkan,  ia benar-benar terluka. “Kau ini bodoh sekali Mei, terjun ke dalam jurang yang sudah kau ketahui kedalamannya” Mei mengutuk dirinya sendiri.
“Apa yang kau lakukan Mei, dari tadi Mama memanggilmu kau tak menjawab. Dan lagi, kenapa kau tak pergi ke sekolah? Apa kau sakit?” Mama Mei menyadarkan Mei dari lamunannya.
“Ah Mama mengganggu Mei saja. Mei ingin sendiri sekarang. Tolong jangan ganggu Mei. Mei butuh ketenangan” Mei menjawab dengan wajah seperti baju yang belum disetrika. Kusut dan kalut.
“Begitu rupanya. Mama kira kau sudah tak senang lagi mengurung dirimu sendiri seperti ini sejak Ikki bersamamu. Ah iya, Mama hampir lupa. Ini ada surat darimu. Entah siapa yang masih menggunakan hal seperti ini untuk berkomunikasi di zaman yang sudah sangat canggih.” Mama Mei memberikan sebuah amplop biru yang terekat rapat oleh lem, kemudian ia berlalu meninggalkan Mei. Mei meraih amplop itu, membukanya perlahan. Matanya terbelalak membaca surat itu.
Untuk Mei.
Halo Mei. Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja? Aku harap kau selalu baik. Maafkan aku Mei. Aku tau pasti saat ini kau sedang merenung memikirkanku bukan? Hehe. Maafkan aku membuatmu khawatir. Aku tak bermaksud menyakitimu. Kau tau kan? Aku sangat menyayangimu. Karena itu aku membawamu ke dalam pergaulan.
Saat pertama aku bertemu denganmu, ada yang aneh denganku. Aku merasa harus bersamamu, aku ingin selalu bersamamu dan membuatmu ceria. Kau lebih cantik saat kau tersenyum.
Mei, aku mohon kau jadilah gadis yang periang seperti saat aku bersamamu. Ku mohon. Aku ingin melihatmu bahagia dari sini. Di tempatku berada, aku bisa melihatmu menangis. Dan itu sangat menyakitiku. Mei berhentilah memikirkanku. Aku akan selalu ada untukmu. Di hatimu.
Maaf karena ragaku tak lagi bisa di sampingmu. Kau tau? Aku sering meminum sebuah pil. Kau pasti mengira itu hanya vitamin. Tapi sebenarnya pil itulah yang membuatku hidup. Tapi lama-kelamaan jantungku sudah tak bisa lagi ditolong oleh pil itu.
Sekali lagi Mei, kumohon jadilah gadis periang, buatlah aku tersenyum dari sini. Aku mencintaimu, Mei.
                                Ikki

                Tak terasa buliran-buliran menetes dari matanya. Buliran itu bahkan berubah menjadi aliran yang deras. Mei tak bisa membendung tangisannya, dadanya sesak. Ia tak menyangka Ikki meninggalkannya begitu cepat. Dibalik tangisannya, tersungging seutas senyuman. 
Terima kasih Ikki, kau telah mengenalkan dunia padaku. Duniamu, dunia yang membuatku merasa tak ada yang perlu dikhawatirkan. Terima kasih sudah menjadi cahaya yang membuat hidupku menjadi lebih terang.  Aku tau kau tak mungkin selamanya bisa berada di sisiku. Dan aku tau kau terlalu terang untukku. Aku takkan pernah bisa menggapaimu. Menggapai cahaya hatimu.

TAMAT

bagaimana? tolong kritik dan sarannya di komentar ya

4 comments:

Aprilia J. Dedi said...

Cerita yang sederhana dan sangat bagus. Tetapi karena cerpen ini adalah tugas untuk bahasa Indonesia, ada baiknya untuk memerhatikan ejaannya. Tetap menulis dan berbagi! Saya yakin beberapa tahun kedepan kamu bisa jadi penulis yang hebat. Insyaa Allaah :)

Unknown said...

Terima Kasih sudah membaca dan memberikan komentar :)
Terima Kasih juga sarannya. Amin, semoga saya bisa, Insya Allah kalau saya punya waktu luang saya buat cerpen lagi :)

Unknown said...

Bagus si^^
Ditunggu cerpen selanjutnya :)

Unknown said...

Makasi udah baca pit :D